Sabtu, 09 Mei 2015

Cyberstalking & Situs Jejaring Sosial

Seiring dengan Facebook, situs populer lain seperti Twitter telah memungkinkan cyberstalkers untuk melihat update pada mangsanya dan dalam beberapa kasus, memungkinkan mereka untuk melihat keberadaan korban mereka. Aplikasi terbaru yang memanfaatkan perangkat lunak global positioning (GPS) teknologi, seperti Foursquare , membuat tindakan menemukan korban mereka lebih mudah. Periksa bahaya teknologi GPS dan korelasinya dengan cyberstalking.
Sebuah survei yang baru-baru ini digelar menunjukkan bahwa 69% dari remaja yang sedang online mengaku mendapat pesan pribadi dari seseorang yang mereka tidak kenal. Sebanyak 50% remaja yang memasuki ruang chatroom mengatakan mereka telah berbagi informasi pribadi dengan orang asing, termasuk nomor telepon, alamat dan di mana mereka bersekolah.  Dan 73% dari permintaan seksual online terjadi ketika menggunakan komputer di rumah. Dalam kasus terburuk, cyberstalker memikat anak untuk mau melakukan pertemuan rahasia, di mana mereka mengalami pelecehan seksual dan bahkan dibunuh.
Cyberstalking merupakan sebuah aksi memata-matai atau menguntit privasi pengguna internet melalui teknologi termasuk komputer, ponsel, kamera dan teknologi lainnya. Cyberstalking nantinya bisa berujung pada tindakan pelecehan, rayuan, pesan vulgar atau mengancam, fitnah atau pesan yang tidak diinginkan. Motifnya beragam, mulai dari balas dendam, marah, sekadar iseng atau ingin mengontrol seseorang.
Fakta bahwa cyberstalking tidak melibatkan kontak fisik dapat menciptakan kesalahan persepsi bahwa lebih berbahaya daripada menguntit secara fisik. Hal ini belum tentu benar. Dengan fungsi Internet yang menjadi bagian integral dari kehidupan kita pribadi, penguntit profesional dapat mengambil keuntungan dari kemudahan komunikasi serta peningkatan akses terhadap informasi pribadi. Dengan kata lain, stalker mungkin tidak mau atau tidak mampu menghadapi korban secara langsung atau di telepon, ia mungkin memiliki sedikit keraguan melecehkan atau mengancam dengan mengirim komunikasi elektronik untuk korban. Akhirnya, seperti pelecehan fisik mengintai, ancaman secara online mungkin merupakan awal terhadap perilaku yang lebih serius, termasuk kekerasan fisik.
Menurut survei pertama tentang ‘cyber-stalking’ di Inggris, ditemukan sekitar 35 persen Pria yang menjadi korban dan hampir semua kasus penguntitan ini dilakukan oleh Wanita. Menurut para ahli, membuntuti kekasih lewat situs, sama menyenangkannya dengan berjudi online.

Seorang psikolog dari University of Bedfordshire, yaitu Dr Emma Short juga melakukan penelitian tentang ‘Network for Surviving Stalking’ dan Ia mendapatkan ratusan respon online dari para Pria yang bisa dibilang telah menjadi korban ‘cyber-stalking’. meskipun ada dilaporkan kasus pria melakukan cyberstalking terhadap perempuan dan cyberstalking terhadap sesama jenis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar