Seiring dengan Facebook, situs
populer lain seperti Twitter telah
memungkinkan cyberstalkers untuk melihat update pada mangsanya dan dalam
beberapa kasus, memungkinkan mereka untuk melihat keberadaan korban mereka.
Aplikasi terbaru yang memanfaatkan perangkat lunak global positioning (GPS)
teknologi, seperti Foursquare , membuat
tindakan menemukan korban mereka lebih mudah. Periksa bahaya teknologi GPS dan
korelasinya dengan cyberstalking.
Sebuah survei yang baru-baru ini
digelar menunjukkan bahwa 69% dari remaja yang sedang online mengaku mendapat
pesan pribadi dari seseorang yang mereka tidak kenal. Sebanyak 50% remaja yang
memasuki ruang chatroom mengatakan mereka telah berbagi informasi pribadi
dengan orang asing, termasuk nomor telepon, alamat dan di mana mereka
bersekolah. Dan 73% dari permintaan seksual online terjadi ketika
menggunakan komputer di rumah. Dalam kasus terburuk, cyberstalker memikat anak
untuk mau melakukan pertemuan rahasia, di mana mereka mengalami pelecehan
seksual dan bahkan dibunuh.
Cyberstalking merupakan sebuah aksi memata-matai atau
menguntit privasi pengguna internet melalui teknologi termasuk komputer,
ponsel, kamera dan teknologi lainnya. Cyberstalking nantinya bisa berujung pada
tindakan pelecehan, rayuan, pesan vulgar atau mengancam, fitnah atau pesan yang
tidak diinginkan. Motifnya beragam, mulai dari balas dendam, marah, sekadar iseng
atau ingin mengontrol seseorang.
Fakta bahwa cyberstalking tidak
melibatkan kontak fisik dapat menciptakan kesalahan persepsi bahwa lebih berbahaya daripada menguntit secara fisik. Hal
ini belum tentu benar. Dengan fungsi Internet yang menjadi bagian integral dari kehidupan kita pribadi, penguntit profesional dapat mengambil keuntungan dari kemudahan komunikasi serta peningkatan akses terhadap informasi pribadi. Dengan
kata lain, stalker mungkin tidak mau atau tidak mampu menghadapi korban secara
langsung atau di telepon, ia mungkin memiliki sedikit keraguan melecehkan atau
mengancam dengan mengirim komunikasi
elektronik untuk
korban. Akhirnya, seperti pelecehan fisik mengintai, ancaman secara online
mungkin merupakan awal terhadap perilaku yang lebih serius, termasuk kekerasan
fisik.
Menurut survei pertama tentang
‘cyber-stalking’ di Inggris, ditemukan sekitar 35 persen Pria yang menjadi
korban dan hampir semua kasus penguntitan ini dilakukan oleh Wanita. Menurut
para ahli, membuntuti kekasih lewat situs, sama menyenangkannya dengan berjudi
online.
Seorang psikolog dari University of Bedfordshire,
yaitu Dr Emma Short juga melakukan penelitian tentang ‘Network for Surviving
Stalking’ dan Ia mendapatkan ratusan respon online dari para Pria yang bisa
dibilang telah menjadi korban ‘cyber-stalking’. meskipun ada dilaporkan kasus pria melakukan cyberstalking
terhadap perempuan dan cyberstalking terhadap sesama
jenis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar